
Ternate, Dewa Kipas – Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Maluku Utara bersama SIDEGO Kieraha melakukan survei terkait kesiapan penduduk pulau-pulau kecil terhadap kemungkinan migrasi terencana ke Pulau Halmahera, sebagai strategi percepatan inklusi ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.
Survei ini dilakukan menyusul adanya proyek pembangunan jalan Trans Kieraha ruas Ekor-Kobe yang dibangun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara.
Pada hari pertama Selasa 18 November 2025, Pukul 00.00 WIT, 34 responden dari pulau-pulau kecil telah mengisi kuesioner, dengan latar usia yang mewakili kelompok produktif. Dengan Tingkat Pendidikan, Sarjana: 38,2%, SMA: 41,2%, dan Lainnya: 20,6%, yang telah bermukim di pulau kecil diatas 15 tahun.
Mukhtar Adam selaku pendiri SIDEGO Kieraha menyatakan bahwa Temuan hari pertama ini menunjukkan pola kecenderungan awal yang penting bagi perumusan kebijakan transmigrasi lokal (Tranlok) berbasis bukti.
“Hasil survei ini menunjukan bahwa pemerintah perlu memasukan Transmigrasi Lokal sebagai prioritas utama dalam pembangunan Trans Kieraha,” ujarnya.
Sebagaimana terungkap melalui hasil survei, penduduk di pulau-pulau kecil ingin pindah: 50%, Ragu-ragu: 17,6%, dan Tidak ingin pindah: 32,4%. Survei ini menjangkau kelompok yang paling terdampak oleh keterbatasan layanan publik, sekaligus kelompok yang paling menentukan keberhasilan kebijakan migrasi, yaitu penduduk usia produktif dan terdidik.
Lebih lanjut, fenomena ini konsisten dengan temuan global tentang dynamics of small island population migration di wilayah kepulauan, dari beberapa hasil Penelitian terdaulu menunjukkan bahwa masyarakat pulau kecil cenderung mempertimbangkan migrasi Ketika, aspek Akses layanan dasar terbatas, Kesempatan kerja stagnan, Tingkat urbanisasi di pulau induk meningkat, dan Biaya logistik tinggi.
Mukhtar Adam mengungkap ketika pertanyaan terkait pilihan pulau (Destinasi Migrasi) yang Diinginkan, pilihan responden memilih Ternate 26,5%, Halmahera: 23,5%, Bacan: 11,6%, dan pulau Lainnya: 38,2%. Halmahera dan Ternate berada di kelompok teratas karena keduanya, telah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi regional, memiliki akses layanan publik lebih baik, dan memiliki peluang kerja yang lebih beragam.
“Hal ini sejalan dengan studi terdahulu yang menunjukkan bahwa migrasi dari pulau kecil ke pulau besar meningkat ketika terdapat konsentrasi aktivitas ekonomi (economic agglomeration). Namun, angka keraguan masih tinggi (41,2%), menandakan perlunya, sosialisasi kebijakan, jaminan keberlanjutan mata pencaharian, kejelasan lokasi, kepastian dukungan modal dan lahan. Hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa program relokasi di wilayah kepulauan sukses hanya ketika terdapat, dukungan ekonomi langsung, keterlibatan masyarakat sejak awal, pengakuan terhadap identitas budaya pesisir,” kata dia.
Temuan hari pertama menunjukan mayoritas Pekerjaan yang Diminati Jika Relokasi ke Halmahera, Jasa lainnya: 67,6%, Bertani: 17,6%, dan Usaha kecil: 11,8%. Mayoritas responden memilih sektor jasa. Ini konsisten dengan gelombang transformasi ekonomi Halmahera (pertambangan, hilirisasi, jasa logistik), peningkatan permintaan tenaga kerja nonformal.
Sementara, Kebutuhan Utama Jika Program Tranlok Dilaksanakan, dijawab oleh responden Modal usaha: 47,1%, Lahan: 23,5%, Alat tangkap nelayan: 2,9%, dan Lainnya: 26,5%. “Kebutuhan modal adalah prioritas utama. Temuan ini mendukung beberapa studi yang menunjukkan bahwa program transmigrasi hanya berhasil ketika migran memperoleh dukungan ekonomi awal yang cukup untuk memulai usaha produktif. Lahan juga menjadi kebutuhan signifikan, terutama bagi responden dengan latar profesi nelayan dan petani,” tambahnya.
Dalam pertanyaan terbuka, responden menyampaikan sejumlah harapan dan keluhan, di antaranya:
1. Pemerintah diminta memperhatikan penduduk pulau kecil yang tertinggal.
2. Perlunya pemerataan pembangunan dan layanan dasar.
3. Program transmigrasi lokal dianggap sangat mendesak.
4. Banyak masyarakat gugus Kayoa kehilangan mata pencaharian.
5. Sektor kelautan makin sulit, membuat rumah tangga rentan miskin.
6. Warga ingin pemukiman baru tetap dekat laut agar usaha nelayan tetap hidup.
7. Minimnya lapangan kerja membuat pemuda meninggalkan pulau.
8. Pemerintah diminta melakukan pembangunan di semua pulau berpenghuni.
Beberapa Kesimpulan dari hasil survei Hari Pertama, atas temuan awal menunjukkan pola yang kuat:
1. Migrasi dari pulau kecil ke pulau besar dianggap perlu oleh separuh responden.
2. Ketidakpastian ekonomi di pulau kecil menjadi pendorong utama migrasi.
3. Halmahera dan Ternate menjadi pusat daya tarik migrasi.
4. Minat terhadap Transmigrasi Lokal cukup tinggi tetapi masih perlu sosialisasi.
5. Modal, lahan, dan dukungan livelihood menjadi faktor penentu.
6. Responden sangat sadar bahwa pulau kecil menghadapi krisis kesempatan ekonomi.
“Secara umum, survei hari pertama menguatkan argumentasi ilmiah bahwa redistribusi penduduk ke Halmahera adalah strategi rasional untuk mengurangi ketimpangan antar pulau, konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya tentang pembangunan wilayah kepulauan,” pungkas Mukhtar. (*)