
Halsel, Dewakipas – Semangat puluhan anak-anak Desa Laigoma, Kecamatan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara untuk meraih pendidikan mengalahkan tantangan. Meski pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tumbuh 39,10 persen, namun anak-anak SD di Desa Laigoma tidak merasakan infrastruktur yang memadai, yang membuat anak-anak di pulau kecil itu terpinggirkan dari hak pendidikan yang layak.
Sungguh ironis melihat perjuangan yang dialami anak-anak SD Negeri 55 Halmahera Selatan ini. Tak hanya jarak yang jauh, puluhan anak-anak tersebut juga mesti berjuang melintasi tebing dan menantang gelombang di pesisir pantai.
Tak heran, disaat anak-anak SD itu berangkat dan pulang sekolah tidak menggunakan alas kaki. Bahkan, seragam mereka selalu basah karena terkena air.
“Saya kasihan sama anak-anak setiap hari pergi dan pulang sekolah melewati tebing dan pesisir pantai,” ucap Samsul Marwa, Kepala Desa Laigoma, Sabtu (29/11/2025).
“Ini akses jalan satu-satunya karena jembatan penghubung yang sebelumnya terbuat dari bahan kayu sudah rusak dihantam ombak,”
Realitas Pahit di Balik Angka Pertumbuhan Ekonomi
Di tengah gemilangnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara, justru tidak berdampak pada peningkatan infrastruktur, deperti yang dirasakan para siswa di Desa Laigoma, Kecamatan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan.
Tentu kesenjangan ini berdampak langsung pada kualitas pendidikan dan kesempatan yang diterima pelajar. Akses terbatas membuat anak-anak SD di Desa itu harus melintasi tebing dan gelombang ombak di pesisir pantai untuk ke sekolah karena minimnya infrastruktur.
Minimnya Perhatian Pemda?
Ketimpangan akses di desa-desa terpencil di Halmahera Selatan bukan hanya soal kurangnya sekolah atau guru, melainkan juga soal lemahnya kebijakan yang tidak berkeadilan.
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat berambisi besar membangun Mall Saruma di dalam pasar Tuokona, padahal puluhan anak SD di pulau kecil, tak merasakan infrastruktur memadai.
Hal ini bukan soal anggaran atau kebijakan, tapi tentang empati yang hilang dan sistem yang belum berpihak pada yang paling membutuhkan.
Samsul Marwa selaku Kepala Desa Laigoma berharap pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi segera membangun jembatan penghubung agar bisa dilewati pelajar SD setempat. Ia khawatir jika mereka terus-terusan melewati tebing akan terpeleset dan jatuh ke pantai. (*)